Selasa, 22 Mei 2012

BAB II. Wawasan Nusantara


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
 2012






Sekitar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
SOFTSKILL 
Dosen Bp. Sri Waluyo
Nama        : Binsar Wilman Tua
Npm           : 31110417
Kelas         : 2 DB 23






KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat & karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Serta tak lupa saya ucapkan terima kasih banyak atas dukungan dari keluarga serta bimbingan dari dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Bp. Sri Waluyo. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas Pendidikan Kewarganegaraan dan menambah wawasan dalam kewarganegaraan.

Dengan kerja keras dan dukungan berbagai pihak dalam penyusunan makalah saya telah berusaha untuk dapat memberikan serta mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan, walaupun didalam pembuatannya saya menghadapi berbagai kesulitan karna keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada Bapak Sri Waluyo selaku dosen pembimbing Pendidikan Kewarganegaraan. Saya menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan penulisan ilmiah ini, masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran & kritik yang membangun sangat saya butuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan teman-teman maupun pihak lain yang berkepentingan.

Bekasi, 05 Mei 2012

Hormat Saya,


    Penulis
Binsar Wilman Tua










DAFTAR ISI
COPERJUDUL……….1
KATA PENGANTAR..2
DAFTAR ISI…3
BAB I…...……4
Pengertian Wawasan Nusantara
Perwujudan Kepulauan Nusantara
Pengertian Sosial Budaya
Pengertian Perubahan Sosial Budaya…5
Pengertian Menurut Beberapa Tokoh

BAB II. 
BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL….6

BAB III.
PELESTARIAN PENINGGALAN SOSIAL BUDAYA…….7
Makna Peninggalan Sosial Budaya
Berperan Aktif Dalam Menjaga Pelestarian Sosial Budaya
Definisi/Pengertian Masalah Sosial…8
Masalah sosial
Dampak Modernisasi dan Globalisasi
Dampak Positif
Dampak Negatif…..9
Respons Masyarakat terhadap Perubahan Sosial Budaya
BAB IV.
Lingkungan Sosial Budaya..10
Budaya Indonesia..11
Kebudayaan Nasional
BAB V.
Wujud kebudayaan daerah di Indonesia…12
Rumah adat………13
Tarian
Lagu.……………..14
Musik…………….16
Alat Musik
Gambar…………..18
Patung
Pakaian
Suara……………..19
Referensi…………20

BAB I.
Pengertian Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara merupakan konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi darat (tanah), laut (termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya) dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara Indonesia secara utuh dan menyeluruh, mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.

Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial dan Budaya, dalam arti :
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupan bangsa yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.

b. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, dengan tidak menolak nilai – nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.

Pengertian Sosial Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.

Pengertian Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi dalam struktur/ organisasi sosial masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.

B. Pengertian Menurut Beberapa Tokoh

1. Gillin dan Gillin

Perubahan sosial budaya adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima yang disebabkan oleh perubahan pada kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat itu sendiri.

2. Samuel Koenig

Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.

3. Selo Soemardjan

Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya.

4. Kingsley Davis

Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat.

5. Mac Iver

Perubahan sosial budaya adalah perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan sosial tersebut.

6. William F. Ogburn

Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun non-material.



BAB II. BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL

1. Berdasarkan sifatnya:

a) Perubahan progresif, yaitu perubahan yang mengarah pada keadaan yang lebih baik dan menuju pada kemajuan.
b) Perubahan regresif, yaitu perubahan yang mengarah pada keadaan yang lebih buruk dibandingkan sebelumnya.

2. Berdasarkan kesadarannya:

a) Perubahan disengaja (Intended), yaitu perubahan yang dilakukan secara sadar demi kemajuan masyarakat.
b) Perubahan tidak disengaja (Unintended), yaitu perubahan yang terjadi secara kebetulan.

3. Berdasarkan ekspos/penampilannya:

a) Perubahan manifes, yaitu perubahan yang proses atau gejalanya dapat diamati.
b) Perubahan laten, yaitu perubahan yang proses atau gejalanya tidak dapat diamati.

4. Berdasarkan dimensi:

a) Perubahan struktural, yaitu perubahan yang terjadi pada struktur sosial masyarakat yang meliputi perubahan kaedah sosial, kategori sosial, lembaga-lembaga sosial dan kelompok sosial.
b) Perubahan kebudayaan, yaitu perubahan yang terjadi pada kebudayaan masyarakat yang meliputi perubahan peralatan hidup, perubahan sarana transportasi dan perubahan bentuk rumah.

5. Berdasarkan percepatannya:

a) Perubahan secara lambat/evolusioner, yaitu perubahan yang terjadi secara pelan-pelan dan tidak terasa.
b) Perubahan secara cepat/radikal, yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat dalam wujud yang terlihat nyata.

6. Berdasarkan besar-kecilnya pengaruh:

a) Pengaruh kecil, yaitu perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial masyarakat yang tidak membawa pengaruh langsung pada masyarakat.
b) Pengaruh besar, yaitu perubahan yang berpengaruh besar pada masyarakat.



BAB III. PELESTARIAN PENINGGALAN SOSIAL BUDAYA

Sosial budaya menurut Koentjaraningrat adalah sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dilahirkan dari diri manusia melalui proses pembelajaran. 

Jadi, dari apa yang disebutkan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa peninggalan sosial budaya adalah segala sesuatu yang nampak karena hasil cipta, rasa dan karsa manusia sebagai akibat dari interaksi yang dilakukan oleh manusia dengan manusia lainnya ataupun dengan lingkungan sekitarnya. Jadi, ketika melakukan pelestarian peniggalan sosial budaya kita harus menjaga dan mengembangkan sosial budaya tersebut agar tetap utuh dan tidak termakan oleh zaman.

Mendata peninggalan sosial budaya di lingkungan sekitar:

- Seni arsitektur
- Seni sastra
- Seni musik tradisional
- Seni tari
- Seni rupa
- Upacara

1. Makna Peninggalan Sosial Budaya

a) Realisasi pola kehidupan
b) Warisan leluhur
c) Menunjukan tingkat kebudayaan

2. Berperan Aktif Dalam Menjaga Pelestarian Sosial Budaya


a) Menggunakan bahasa Ibu
b) Mencintai peninggalan sosial budaya
c) Mengikuti acara-acara sosial budaya
d) Menggelar kegiatan sosial budaya
e) Mengikuti perkembangan peninggalan sosial budaya

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.


Definisi/Pengertian Masalah Sosial dan Jenis/Macam Masalah Sosial Dalam Masyarakat
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

Dampak Modernisasi dan Globalisasi terhadap Perubahan Sosial dan Budaya
1. Dampak Positif
Dampak positif modernisasi dan globalisasi tersebut sebagai berikut.
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Respons Masyarakat terhadap Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, ada masyarakat yang dapat menerima dan ada yang tidak dapat menerima. Masyarakat yang tidak dapat menerima perubahan biasanya masih memiliki pola pikir yang tradisional. Pola pikir masyarakat yang tradisional mengandung unsur-unsur dibawah ini:
1. bersifat sederhana,
2. memiliki daya guna dan produktivitas rendah,
3. bersifat tetap atau monoton,
4. memiliki sifat irasional, yaitu tidak didasarkan pada pikiran tertentu.
Sedangkan perilaku masyarakat yang tidak bisa menerima perubahan sosial budaya, di antaranya sebagai berikut.
1. Perilaku masyarakat yang bersifat tertutup atau kurang membuka diri untuk berhubungan dengan masyarakat lain;
2. Masih memegang teguh tradisi yang sudah ada;
3. Takut akan terjadi kegoyahan dalam susunan/struktur masyarakat, jika terjadi integrasi kebudayaan;
4. Berpegang pada ideologinya dan beranggapan sesuatu yang baru bertentangan dengan idielogi masyarakat yang sudah ada
Masyarakat tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang masuk ke lingkungannya, namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan unsur budaya asing tersebut membawa kemudahan bagi kehidupannya. Pada umumnya, unsur budaya yang membawa perubahan sosial budaya dan mudah diterima masyarakat adalah, jika:
1. unsur kebudayaan tersebut membawa manfaat yang besar,
2. peralatan yang mudah dipakai dan memiliki manfaat,
3. unsur kebudayaan yang mudah menyesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur tersebut.
Unsur budaya yang tidak dapat diterima oleh masyarakat adalah:
1. unsur kebudayaan yang menyangkut sistem kepercayaan,
2. unsur kebudayaan yang dipelajari taraf pertama proses sosialisasi.
Sebaliknya, masyarakat modern yang memiliki pola pikir yang berbeda. Unsur yang terkandung dalam pola pikir masyarakat modern adalah:
1. bersifat dinamis atau selalu berubah mengikuti perkembangan zaman,
2. berdasarkan akal pikiran manusia dan senantiasa mengembangkan efisiensi dan efektivitas, serta
3. tidak mengandalkan atau mengutamakan kebiasaan atau tradisi masyarakat.
BAB IV.
Lingkungan Sosial Budaya
Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Sebagai makhluk biologis, makhluk manusia atau “homosapiens”, sama seperti makhluk hidup lainnya yang mempunyai peran masing-masingdalam menunjang sistem kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagiandari sistem sosial masyarakat secara berkelompok membentuk budaya.

Ada perbedaan mendasar tentang asal mula manusia, kelompok evolusionis pengikutDarwin menyatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi selama ratusanribu tahun, berbeda dengan kelompok yang menyanggah teori evolusi melalui teoripenciptaan, yang menyatakan bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah.Pemahaman tentang hidup dan kehidupan, itu tidak mudah. Makin banyak hal yang Andalihat tentang gejala adanya hidup dan kehidupan, makin nampak bahwa hidup itu sesuatuyang rumit. Pada individu dengan organisasi yang kompleks, hidup ditandai denganeksistensi vital, yaitu: dimulai dengan proses metabolisme, kemudian pertumbuhan,perkembangan, reproduksi, dan adaptasi internal, sampai berakhirnya segenap proses itubagi suatu “individu”.
Tetapi bagi “individu” lain seperti sel-sel, jaringan, organ-organ,dan sistem organisme yang termasuk dalam alam mikroskopis, batasan hidup adalah tidak  jelas atau samar-samar.Kehidupan adalah fenomena atau perwujudan adanya hidup, yang didukung tidak sajaoleh makhluk hidup (biotik), tetapi juga benda mati (abiotik), dan berlangsung dalamdinamikanya seluruh komponen kehidupan itu. Ada perpaduan erat antara yang hidupdengan yang mati dalam kehidupan. Mati adalah bagian dari daur kehidupan yangmemungkinkan terciptanya kehidupan itu secara berlanjut.Makhluk hidup bersel satu adalah makhluk yang pertama berkembang. Jutaan tahunkemudian kehidupan di laut mulai berkembang. Binatang kerang muncul, lalu ikankemudian disusul amphibi. Lambat laun binatang daratan berkembang pula munculreptil, burung dan binatang menyusui. Baru kira-kira 25 juta tahun yang lalu munculmanusia kemudian berkembang berkelompok dalam suku-suku bangsa seperti saat ini,dan hampir di setiap sudut bumi ditempati manusia yang berkembang dengan cepat.

Lingkungan hidup adalah suatu konsep holistik yang berwujud di bumi ini dalam bentuk,susunan, dan fungsi interaktif antara semua pengada baik yang insani (biotik) maupunyang ragawi (abiotik). Keduanya saling mempengaruhi dan menentukan, baik bentuk danperwujudan bumi di mana berlangsungnya kehidupan yaitu biosfir maupun bentuk danperwujudan dari kehidupan itu sendiri, seperti yang disebutkan dalam hipotesa Gaia.Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, olehkarena itu yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup manusia

Budaya Indonesia
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199        ”.

Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”.

Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.

BAB V. Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
Rumah adat
Rumah gadang, rumah adat sumatera barat
Aceh: Rumoh Aceh
Sumatera Barat: Rumah Gadang
Riau: Rumah Adat Melayu Selaso Jatuh Kembar, Lontiok
Sumatera Selatan: Rumah Limas
Jawa: Joglo
Papua: Honai
Sulawesi Selatan: Tongkonan (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
Sulawesi Tenggara: Istana buton
Sulawesi Utara: Rumah Panggung
Kalimantan Barat: Rumah Betang
Nusa Tenggara Timur: Lopo
Maluku: Balieu (dari bahasa Portugis)
Tarian
Aceh: Tari Bines, Didong, Tari Guel, Tari Mesekat, Tari Ratéb Meuseukat, Tari Saman, Tari Seudati, Tari Laweut, Tari Likok Pulo, Tari Pho, Tari Rapa'i Geleng, Tari Ula-ula Lembing, Tari Pukat
Sumatera Utara: Tortor, Tari Sapu Tangan, Tari Adok, Tari Anak, Tari Pahlawan, Tari Lagu Duo, Tari Perak, Famaena
Sumatera Barat: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Pasambahan, Tari Lilin
Riau: Zapin, Rentak Bulian, Serampang Dua Belas
Kepulauan Riau: Madah Gurindam
Jambi: Sekapur Sirih, Selampit Delapan
Bengkulu: Tari Andun, Bidadei Teminang, Tari Kejei
Sumatera Selatan: Gending Sriwijaya, Bekhusek, Tanggai
Kepulauan Bangka Belitung: Tari Campak
Lampung: Bedana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, Labu Kayu
Jakarta: Cokek, Yapong
Jawa Barat: Bangbarongan, Bengberokan, Jaipongan, Tari Cikeruhan, Tari Topeng Cirebon, Tari Topeng Priangan, Kuda lumping, Reog (Sunda)
Jawa Tengah: Ebeg, Topeng Ireng, Kuda lumping, Tari Topeng Sinok, Tari Topeng Brebes, Reog (Banjarharjo)
Yogyakarta: Tari Golek Menak, Kuda lumping
Jawa Timur: Tari Remo, Kuda lumping, Reog (Ponorogo)
Bali: Joged Bumbung, Gambuh, Kecak, Legong, Sanghyang, Tari Bali, Tari Janger, Tari Pendet, Tari Rejang
Nusa Tenggara Timur: Caci, Caci Melo, Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda
Kalimantan: Tari Banjar, Tari Kanjar, Manasai, Tari Pedang, Tari Giring-Giring, Tari Pala, Tari Pinggan, Tari Hudog
Gorontalo: Tari Saronde, Tari Elengge, Tari Dana-Dana, Tari Polopalo, Tari Pore-Pore
Sulawesi Tengah: Dero
Sulawesi Selatan: Pajoge, Tari Pakarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa
Sulawesi Tenggara: Tari Malulo
Maluku dan Maluku Utara: Cakalele, Orlapei, Katreji
Papua: Musyoh, Yosim Pancar
Lagu
Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang, Terang Bulan
Maluku: Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina, Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande, Tanase
Riau: Soleram, Kebangkitan Melayu, Tanjung Katung, Bungo Cempako, Lancang kuning, Ayam Putih Pungguk, Makan Sirih, Uyang Bagan Tak Ondak Belaya, Mak Long, Tuanku Tambusai, Pak Ngah Balek, Puteri Tujuh, Dedap Durhaka, Kutang Barendo.
Aceh: Bungong Jeumpa, Lembah Alas, Piso Surit
Kalimantan Selatan: Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu Ampat
Nusa Tenggara Timur: Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha, Desaku, Flobamora, Potong Bebek Angsa
Sulawesi Selatan: Angin Mamiri, Pakarena, Sulawesi Parasanganta, Ma Rencong
Sumatera Utara: Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso, Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, Rambadia, Sengko-Sengko, Siboga Tacinto, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Tapian Nauli
Papua/Irian Barat: Apuse, Yamko Rambe Yamko
Sumatera Barat: Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam Baiko, Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang, Rang Talu
Jambi: Batanghari, Soleram
Jawa Barat: Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Tokecang
Kalimantan Barat: Cik-Cik Periuk, Cak Uncang, Batu Ballah, Alok Galing, Tandak Sambas, Sungai Sambas Kebanjiran, Alon-Alon
Sumatera Selatan: Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, Tari Tanggai
Banten: Dayung Sampan
Sulawesi Utara: Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo
Jawa Tengah: Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan
Nusa Tenggara Barat: Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-Orlen, Pai Mura Rame, Tebe Onana, Tutu Koda
Kalimantan Timur: Indung-Indung
Jambi: Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang Mayang
Kalimantan Tengah: Kalayar
Jawa Timur: Keraban Sape, Tanduk Majeng
Bengkulu: Lalan Belek
Bali: Mejangeran, Ratu Anom
Sulawesi Tenggara: Peia Tawa-Tawa
Yogyakarta: Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah
Sulawesi Tengah: Tondok Kadadingku, Tope Gugu
Sulawesi Barat: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk
Gorontalo: Hulondalo li Pu'u , Bulalo Lo Limutu , Wanu Mamo Leleyangi
Musik
Jakarta: Keroncong Tugu.
Maluku:
Melayu: Hadrah, Makyong, Langgam
Minangkabau:
Aceh:
Makassar: Gandrang Bulo, Sinrilik
Pesisir Sibolga/Tapteng: Sikambang
Jawa Barat: karawitan
Serang Banten [pencak silat]

Alat musik
Gamelan
Jawa: Gamelan, Kendang Jawa.
Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio.
Gendang Bali
Gendang Simalungun
Gendang Melayu
Gandang Tabuik
Sasando
Talempong
Calempong Kampar
Tifa
Saluang
Rebana
Bende
Kenong
Keroncong
Serunai
Jidor
Suling Lembang
Suling Sunda
Dermenan
Saron
Kecapi
Bonang
Angklung
Calung
Kulintang
Gong Kemada
Gong Lambus
Rebab
Tanggetong
Gondang Batak
Kecapi
Kesok-Kesok
Saluang
Gambar
Jawa: Wayang.
Tortor: Batak
Patung
Jawa: Patung Buto, patung Budha.
Bali: Garuda.
Irian Jaya: Asmat.
Pakaian
Jawa: Batik.
Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong.
Sumatra Barat/ Minang:Anak Daro & Marapule.
Riau/ Melayu:Baju Kurung Melayu, Kebaya Laboh, Cekak Musang, Teluk Belanga
Sumatra Selatan Songket
Lampung: Tapis
Sasiringan
Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur
Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
Papua Timur : Manawou
Papua Barat : Ewer
NTT:
sulawesi tenggara
Suara
Jawa: Sinden.
Sumatra: Tukang cerita.
Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara)
Gorontalo: (Dikili)
Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
Bali: karya tulis di atas Lontar.
Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara
Timor Ai Babelen, Ai Kanoik
Makanan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar masakan Indonesia
Timor: Jagung Bose, Daging Se'i, Ubi Tumis.
Riau : Asam Pedas , Bolu Kemojo , Kue Bangkit , Lempuk Durian, Galopung, Rendang Dodo,Jangko Duyan
Sumatera bagian Barat: Sate Padang, Rendang
Sumatera bagian Selatan: Pempek Palembang, Celimpungan, Laksan
Jakarta: Soto Betawi
Jogjakarta: Gudeg
Jawa Timur: Rawon, Pecel
Gorontalo: Binde Biluhuta
Sulawesi Utara: Bubur Manado(Tinutuan)
Sulawesi Selatan: Coto Makassar, Pallubasa, Es pisang hijau
Kebudayaan Modern Khas Indonesia
Musik Dangdut: Elvie Sukaesih, Rhoma Irama.
Film Indonesia: "Daun di Atas Bantal" (1998) yang mendapat penghargaan Film terbaik di "Asia Pacific Film Festival" di Taipei.
REFERENSI

http://siswaddi.wordpress.com/2010/03/29/wawasan-nusantara/
http://www.gudangmateri.com/2011/02/pengertian-dan-bentuk-perubahan-sosial.html
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perilaku_Masyarakat_dalam_Perubahan_Sosial_Budaya_di_Era_Global_9.1_(BAB_6)
http://www.scribd.com/doc/22738648/Lingkungan-Sosial-Budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar